Sinergi Santri dan Ulama Menghadapi Tantangan Globalisasi

 

SINERGI SANTRI DAN ULAMA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI

JERNIH HATI HSB

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

jernihhati2003@gmail.com

     

       

       Globalisasi adalah fenomena yag membawa dampak signifikan bagi berbagai aspek kehidupan, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan akses informasi, dan memperkuat interaksi antarbudaya. Namun, di sisi lain, ia juga menimbulkan sejumlah tantangan yang perlu dihadapi secara bijak.

Sebagaimana telah kita ketahui, era globalisasi ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi komunikasi, transformasi dan informasi yang sedemikian cepat..   

        Di era globalisasi, masyarakat menghadapi tantangan yang semakin beragam dan kompleks. Perkembangan teknologi informasi, perdagangan internasional, dan pertukaran budaya memiliki pengaruh besar terhadap cara hidup dan norma masyarakat, dampak tersebut sangat terasa, terutama di Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, dalam hal ini santri dan ulama berperan penting dalam memberikan bimbingan dan pengaruh terhadap masyarakat.

        Dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah perlunya pembentukan karakter pada seluruh Santri, karakter dari segi tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan ini sangatlah perlu dilakukan dimana dizaman yang akan datang kita tidak hanya bersaing dengan sesama warga Indonesia tetapi seluruh dunia, sehingga perlu penanaman karakter agar kita mampu bersaing dengan yang lain. Selain itu perlu dibekali keilmuan yang menunjang kemampuan untuk membentuk skill dari setiap santri.

     Santri sebagai penerus yang terdidik, sedangkan ulama, sebagai pemimpin spiritual dan intlektual, jadi sangat perlu untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan globalosasi. Melalui sinergi yang kuat, santri dan ulama dapat mempertahankan serta mengembangkan nilai-nilai islam yang moderat, sekaligus menanggulangi pengaruh negatif yang dapat merusak tatanan sosial dan moral masyarakat.                                                                                                                                                       Salah satu tantangan utama globalisasi adalah kesenjangan ekonomi yang semakin melebar. Meskipun Negara-negara berkembang memiliki akses lebih besar ke pasar global, tidak semua masyarakat di Negara tersebut mendapat manfaat yang sama. Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin dapat semakin lebar, menciptakan ketidakadilan sosial yang berpotensi memicu ketidakstabilan.

      Selain itu, globalisasi seringkali mengancam identitas budaya lokal. Dengan masuknya budaya asing melalui media dan teknologi, budaya asli dapat tergerus dan kehilangan nilai-nilai tradisionalnya.  hal ini berdampak pada warisan budaya, tetapi juga pada rasa kebanggaan dan kepercayaan diri masyarakat.

       Lingkungan juga menjadi korban globalisasi. Pertumbuhan industri yang pesat untuk memenuhi permintaan global seringkali mengabaikan dampak lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan  kerusakan ekosistem yang sulit diperbaiki. Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, kolaborasi  antarnegara sangat penting. Kebijakan yang adil dan berkelanjutan harus diimplementasikan untuk memastikan bahwa manfaat globalisasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, upaya untuk melestarikan budaya lokal dan menjaga lingkungan hidup harus menjadi bagian integral dari strategi pembangunan. Dalam menghadapi globalisasi, kita tidak hanya perlu melihat sisi positifnya, tetapi juga kritis terhadap dampak negatif yang mungkin timbul.

       Di tengah perubahan sosial, politik dan teknologi yang cepat, peran santri dan ulama menjadi semakin vital. mereka bukan hanya pengajar agama, tetapi juga agen perubahan yang mampu memberikan bimbingan dan solusi bagi tantangan yang dihadapi masyarakat santri sebagai penerus dan penjaga ilmu, sebagai pelajar di pesantren, memiliki tugas untuk mempelajari dan mengamalkan ilmu agama. Allah berfirman dalam qur’an Surah Fatir (Surah 35), ayat 28. Ayat ini berbunyi:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Artinya: "Hanya orang-orang yang berilmu di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya."

       Ayat ini menegaskan bahwa ulama yang mencakup santri yang belajar untuk menjadi ulama memiliki kedudukan istimewa di sisi allah karena mereka paling takut dan taat kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa santri harus menjaga dan meneruskan ilmu yang telah dipelajari sekaligus mengamalkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Ulama sebagai pemimpin moral dan spiritual, ulama berperan sebagai pemimpin dalam bimbingan moral dan spiritual. Dalam hadits, rasulallah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

Artinya: "Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Dawud)

       jadi hadis ini menegaskan bahwa ulama mewarisi tanggung jawab untuk menyebarkan ilmu dan petunjuk yang diberikan oleh para nabi. Mereka memiliki tugas untuk menjelaskan hukum-hukum agama dan memberikan arahan kepada masyarakat,terutama dalam menghadapi tantangan yang kompleks di zaman modern.

       Pendidikan karakter dan etika, santri tidak hanya belajar tentang tepri agama, tetapi juga dituntut untuk mengembangkan karakter dan etika dalam konteks ini nabi SAW bersabda: Artinya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."(HR.Ahmad). 

       ini menunjukkan bahwa santri dan ulama memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dalam diri mereka dan juga lingkungan sekitarnya. Karena dengan akhlaq yang baik, mereka dapat menjadi contoh positif bagi masyarakat, khususnya pada generasi muda.

      Pemberdayaan masyarakat, ulama dan santri juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Allah berfirman dalam  Q.S albaqoroh Ayat 286 dari Surah Al-Baqarah (Surah 2) berbunyi:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَها

Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

       Dalam ayat ini dapat kita pahami sebagai dorongan untuk ulama dan santri agar mengajak masyarakat untuk berusaha dan berinovasi dslsm menghadapi tantangan. Mereka dapat mengadakan program-program sosial, pelatihan keterampilan atau insiatif lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan.

       Dialog antarbudaya dan agama diera globalisasi menjadi sangat penting.  Ulama dapat berperan menjadi mediator dalam menyelesaikan perbedaan yang ada. Allah SWT berfirman Dalam quran surah an-nisa Ayat 59 (Surah 4) berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kalian. Jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya."

       dalam ayat ini menyatakan bahwa kita harus merujuk pada prindip-prinsip agama dalam menyelesaikan perbedaan, yang menjadi tugas utama ulama adalah menafsirkan dan menjelaskan ajaran islam yang relevan.

Menanggapi isu kontemporer, santri dan ulama diharapkan dapat memberikan respons terhadap isu-isu kontemporerm, seperti perubahan iklim, ketidakadilan sosial, dan teknologi. Mereka harus mampu menginterpretasikan ajara islam dalam konteks zaman modern. Dalam hal ini rosululloh SAW bersabda dalam hasitsnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ"

Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."

        hal ini mengindikasikan bahwa santri dan ulama memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga aktivis yang peduli terhadap isu-isu yang mempengaruhi kehidupan umat.

       Oleh karena itu peran ulama dan santri sangatlah penting dalam menghadapi tantangan zaman, dengan merujuk pada dalil-dalil qur’an dan hadits, kita dapat melihat berapa besar berapa besar tanggung jawab yang mereka embah. Santri sebagaipenerus ilmu, sedangkan ulama sebagai pemimpin moral, serta keduanya adalah sebagai agen perubahan, yang mana mereka harus saling melengkapi. Dalam menghadapi berbagai tantangan, mereka harus terus mengedukasi diri dan juga masyarakat, berkontribusi dalam dialog dan berupaya menjadi nilai-nilai islam sebagai solusi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian santri dan ulama tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga pendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

       Sinergi antara ulama dan santri memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter dan spirualitas masyarakat. Ketika ulama dan santri saling berkolaborasi mereka dapat saling melengkapi. Ulama memberikan bimbingan dan wawasan, sedangkan santri menerapkan ilmu tersebut dalam praktik

antara santri dan ulama. Mereka adalah dua pilar yang tidak dapat dipisahkan dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah arus globalisasi. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang moderat dan toleran, santri dan ulama dapat nyata.

       Dalam konteks pendidikan, kolaborasi ini dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Misalnya, ulama dapat mengadakan pelatihan atau workshop bagi santri untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu kontemporer, seperti toleransi, pluralism, dan keadilan sosial. Selain itu, santri dapat berpartisi dalam program-program dakwah yang diorganisir oleh ulama,  sehingga mereka dapat berlatih berbicara didepan public dan dapat menyampaikan pesan-pesan islam secara efektif.

       Kegiatan sosial bersama, dengan mengadakan kegiata ini bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti program pemberdayaan ekonomi, pengobatan gratis, dan pelatihan keterampilan, dengan sinergi ini mereka dapat memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan membantu mereka untuk lebih mandiri dan sejahtera.

       Gerakan dakwah bersama, santri dan ulama dapat bersatu dalam gerakan dakwah yang positif, menggunakan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan yang memperkuat identitas islam. Dalam hal ini bisa mengedukasi masyarakat tentang pentingnya moderasi dan toleransi, serta menjelaskan bagaimana islam dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.

    Dialog dan kolaborasi, santri dan ulama perlu membangun dialog yang konstruktif untuk menciptan pemahaman bersama. Forum-forum diskusi, seminar atau kajian rutin dapat menjadi sarana untuk bertukar pikiran dan starategi menghadapi tantangan yang ada.

 

      Dalam kesimpulannya, sinergi antara santri dan ulama merupakan kunci untuk menghadapi tantangan globalisasi. Dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Quran dan hadits, kita dapat memahami betapa besar tanggung jawab yang diemban oleh keduanya. Santri sebagai penerus ilmu dan ulama sebagai pemimpin moral harus saling melengkapi dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam. Dengan terus mengedukasi diri dan masyarakat, serta berkontribusi dalam dialog dan aksi nyata, mereka dapat menjadikan nilai-nilai Islam sebagai solusi bagi kehidupan sehari-hari.

     Melalui kolaborasi ini, santri dan ulama tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga pendorong kemajuan, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter dan spiritualitas masyarakat. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang moderat dan toleran, mereka dapat membantu membangun masyarakat yang lebih baik di tengah arus globalisasi yang terus mengalir.


Posting Komentar

0 Komentar