ANTARA KEWIRAUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: MODEL MANAJEMEN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MASYARAKAT RATU KALIMANTAN

 

ANTARA KEWIRAUSAHAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: MODEL MANAJEMEN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MASYARAKAT RATU KALIMANTAN

PEMBAHASAN

    Eksplorasi kolerasi antara bisnis dan pemberdayaan,secara historis berpusat pada perusahaan-perusahaan besar (Farrel dan Hitchens,1988).Walaupun sering mengabaikan usaha-usaha kecil (Chisnall, 1987),menemukan kesenjangan dalam kegiatan pengelolaan di komunitas ratu Kalimantan usaha kecil berbasis masyarakat yang terletak di palangkaraya,Kalimantan,ini beroperasi dengan melibatkan individu-individu dari masyarakat local dengan pendidikan terbatas dengan kondisi ekonomi yang lemah.Keadaan proses rekrutmen pegawai menjadi salah satu indicator keberlangsungan pemberdayaan dalam pengelolaan usaha komunitas ratu ditanggung.Eko Supeno (2016).Menyoroti bahwa usaha kecil yang berorientasi pada pemenuhan diri dan perbaikan masyarakat merupakan perwujudan model bisnis yang memberdayakan.Dinamika operasional pemanfaatan lingkungan setempat untuk tujuan pemberdayaan terlihat dalam prosedur pengelolaan usaha di komunitas Ratu Kalimantan.

    Terdapat dua paradigma penelitian yang berfokus pada manajemen usaha kecil.Pertama,ada model yang menekankan penguatan usaha mikro melalui dukungan eksternal.Sejumlah penelitian menggaris bawahi peran pemerintah dalam meningkatkan kontribusi usaha kecil terhadap pemberdayaan (Affandi et al.,2030,Murmainnah dan Ramadhani,Suzy ) dan keberlanjutan (Hernita at al.,2021).Dalam bidang peningkatan bidang kapasitas,interpensi pemerintah di anggap sangat diperlukan dalam penerapan strategi dan kebijakan yang bertujuan untuk memastikan peningkatan kualitas usaha kecil yang stabil ( Chollisni at al.,2002) Surya dkk (Mono ) dan Maksum dkk.(Auto) telah mengidentifikasi perlunya beragam strategi untuk memenuhi peningkatan multifaset usaha kecil.Kedua,ada mode kepemimpinan.Colovic (2022) mengamati dampak perubahan pola kepemimpinan sebagai katalis untuk mendorong inovasi dalam usaha kecil.sayangnya,parapeneliti belum menemukan trend yang jelas mengenai kemajuan usaha kecil secara mandiri berdasarkan pemberdayaan sehingga mempengaruhi perubahan manajemen dalam usaha kecil dan menengah.

    Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkap dinamika internal mendorong perubahan dalam model pengelolaan komunitas ratu Kalimantan menuju pembentukan kerangka bisnis yang berpusat pada pemberdayaan,sebuah subjek diabaikan peneliti sebelumnya.Investigasi terhadap mekanisme didalamnya proses pengelolaan bisnis komunitas bornes queen dilakukan dengan cara menggambarkan tiga model penyelidikan.Pertama,pengawasan melalui pendekatan pemilik bisnis terhadap proses produksi. Kedua. perhatian diberikan pada transisi manajemen bisnis dari berorientasi pada keuntungan menjadi fokus pada pemberdayaan, yang bertujuan untuk menggambarkan mekanisme yang memfasilitasi shifi ini. Terakhir, penelitian ini mengkaji konsekuensi dari modifikasi prosedural. Ketiga model penyelidikan ini secara kolektif berfungsi untuk mengungkap mekanisme internal yang digunakan oleh pemilik usaha untuk memperkuat peran Komunitas Ratu Kalimantan sebagai entitas usaha kecil yang berorientasi pada pemberdayaan.

    Penelitian ini menyimpang dari anggapan bahwa mengembangkan pendekatan berorientasi pemberdayaan pada usaha kecil memerlukan penerimaan dan inovasi pemilik usaha untuk menyelaraskan tujuan keuntungan dengan peningkatan kualitas karyawan. Menurut Peter Wyer dan Jane Mason (1999), manajemen usaha kecil yang tidak menekankan pemberdayaan tenaga kerja biasanya mengadopsi pendekatan mekanistik yang difasilitasi secara alami melalui praktik manajemen. Fokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja sangat penting dalam mengukur potensi pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Ratu Kalimantan dalam memajukan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal. Honold (97) menggarisbawahi pentingnya meningkatkan pengetahuan yang relevan untuk membimbing karyawan dalam mendukung pertumbuhan bisnis, menandainya sebagai ciri penerapan manajemen yang "memberdayakan". Status peningkatan keterampilan menjadi kriteria mendasar dalam memperkuat orientasi pemberdayaan dalam pendekatan manajemen bisnis Komunitas Ratu Kalimantan.

Tinjauan Literatur

Pembangunan dan Pemberdayaan: Suatu Tinjauan

    Konsep pemberdayaan, yang sering dikritik karena kurangnya ketepatan konseptual (Lashley & McGoldrick, 1994), dipahami sebagai model delegasi yang memungkinkan pengambilan keputusan didesentralisasikan ke unit kerja dan pelanggan (Lassoned et al, 2000). Mitchel Stewart (1994) menggarisbawahi bahwa pemberdayaan tidak hanya mencakup pendelegasian tugas tetapi juga otoritas pengambilan keputusan dan memikul tanggung jawab penuh. Pemberian tanggung jawab menggambarkan pemberdayaan sebagai transisi dari pengaturan kerja yang kaku dan berbasis kontrak ke budaya otonomi yang mendorong peningkatan inisiatif di antara karyawan. (Bani-Melhem. dkk., anuo). Penafsiran yang beragam mengenai pemberdayaan mengingatkan pada ambiguitas konseptual yang melekat di dalamnya. Honold (1997) menawarkan perspektif yang komprehensif,diarahkan pada formulir pengelolaan usaha yang dianut oleh komunitas Ratu Kalimantan,dicermati  Mengidentifikasi lima elemen fundamental pemberdayaan: peran kepemimpinan, status individu yang diberdayakan, kerja kolaboratif, adaptasi struktural, dan pemanfaatan konsep multidimensi.

    Evolusi konsep pemberdayaan secara signifikan mempengaruhi pergeseran persepsi manusia, sehingga membentuk paradigma manajerial. Peningkatan penekanan pada minat, tantangan, dan tanggung jawab menjadi landasan proses kerja yang didelegasikan (Jain &&Nair,2019). Secara bersamaan, perubahan konsep manajemen terjadi melalui model kerja kolaboratif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan demi keuntungan bersama (Godfrey, 1990), Fokus pada keuntungan bersama berfungsi sebagai kerangka konseptual untuk memahami pemberdayaan sebagai proses manajerial yang memfasilitasi pembagian kekuasaan untuk kepentingan bersama. keunggulan kolektif organisasi Model paradigmatik ini menawarkan perspektif yang komprehensif, menggambarkan pemberdayaan sebagai penggabungan yang dinamis dan fleksibel dari beragam kelompok dan individu yang bekerja menuju pembangunan bersama.

Bisnis Kecil mengakui: Perspektif yang Khas

    Memperkenalkan model bisnis kecil menawarkan perspektif proses manajerial yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan besar. Perlunya model yang cerdas bertujuan untuk memberikan definisi yang tepat, menghindari klasifikasi usaha kecil hanya sebagai versi miniatur dari perusahaan besar (Bowman & Wyer, zmez). Eksplorasi komprehensif terhadap usaha kecil sangat penting untuk memahami perbedaan kualitatif dan kuantitatif yang mendasari perbedaan perlakuan antara usaha kecil dan besar. Menurut Wyer dkk (2022), Perusahaan kecil berpotensi menghadapi tantangan unik yang timbul dari dinamika pemilik-manajer dan atribut terkait ukuran, yang mungkin menimbulkan konflik dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi dan daya tanggap yang cepat yang sering dianggap sebagai elemen kunci keunggulan kompetitif perusahaan kecil.

    Para peneliti terutama berfokus pada dinamika manajemen yang melibatkan pemilik dan manajer usaha kecil untuk mengungkap tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Dinamika ini berimplikasi pada motivasi pengembangan bisnis, karena membatasi perekrutan karyawan terampil karena kekhawatiran mengenai independensi dan otonomi manajemen bisnis (Lee et al., 2020). Rekrutmen spesialis dalam usaha kecil secara signifikan

    Kewirausahaan Beraven dan Pemberdayaan Masyarakat mempengaruhi pertumbuhan bisnis dengan memanfaatkan keahlian mereka dalam mengidentifikasi peluang pasar dan dengan cepat mengatasi tantangan produksi dan distribusi (Olson et al., 2019). Gaya manajemen kepemilikan yang lazim di usaha kecil berkontribusi terhadap stagnasi evolusi bisnis. Selain itu. Persoalan yang biasa ditemui dalam usaha kecil, yang proses manajerialnya sangat bergantung pada pemilik, adalah keengganan untuk mendelegasikan wewenang dan memberikan lebih banyak otonomi kepada karyawan, sehingga menyebabkan kurangnya keterlibatan karyawan dalam inisiatif kemajuan bisnis (Signoretti, 2020).

Pemberdayaan berbasis wirausaha

    Model pengembangan masyarakat yang difasilitasi oleh kegiatan kewirausahaan memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Hanuun dkk. (2023) menegaskan bahwa pemberdayaan melalui upaya kewirausahaan menawarkan peluang bagi individu untuk mengembangkan keterampilan dan inovasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Memastikan keberlanjutan dalam kerangka pemberdayaan kewirausahaan memerlukan kebijakan yang efektif dalam menangani aksesibilitas pembiayaan, sosialisasi pengetahuan teknis, dan literasi keuangan (Andriamahery & Qamruzzaman, 2022). Komponen-komponen ini berfungsi sebagai mekanisme pendukung yang penting, termasuk jaringan dan lapangan kerja, yang memungkinkan individu untuk mengekspresikan kreativitas dan keterampilan, sehingga membangun dan memelihara kontribusi mereka terhadap pengembangan usaha (Vukovic et al., 2023). Stabilitas peran yang dicapai melalui pemanfaatan keterampilan memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.

    Untuk mencapai kemajuan ekonomi yang berkelanjutan memerlukan upaya kolaboratif untuk meningkatkan keterampilan dan meningkatkan peluang kerja. Omeje dkk. (2020) menemukan korelasi yang signifikan antara inisiatif Pemerintah Nigeria untuk melatih dan memberdayakan generasi muda dalam usaha kewirausahaan dan kesejahteraan serta kemajuan ekonomi negara tersebut. Noor er al. (2021) menekankan peran penting keterampilan dalam memberdayakan wirausaha, sehingga memungkinkan mereka mengambil keputusan yang tepat dan berdampak positif terhadap bisnis mereka dan kesejahteraan masyarakat lokal. Kapasitas pengambilan keputusan dalam kewirausahaan.Upaya ini berfungsi sebagai katalisator pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, memfasilitasi

penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan di negara-negara berpenghasilan rendah (Adenutsi, 2023). Meskipun demikian, pemberdayaan melalui mekanisme kewirausahaan merupakan jalan yang layak untuk peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, meskipun dilakukan secara bertahap dan langsung (Ojeditan & Anderson, 2020)

Metode

    Dalam penelitian ini, metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendalami fenomena pengelolaan usaha di Komunitas Nocuro Queen, sebuah usaha kecil yang menerapkan mekanisme pemberdayaan. Nelson dkk. (1997) menyatakan bahwa penelitian kualitatif menawarkan fleksibilitas, mengakomodasi berbagai metode dan pendekatan untuk menghasilkan wawasan dan pengetahuan yang signifikan mengenai fenomena tertentu. Pendekatan yang dipilih untuk penelitian ini adalah fenomenologi, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dari sudut pandang partisipan (Creswell, 1998). Tujuan utamanya adalah untuk memahami makna pengalaman partisipan mengenai fenomena yang diselidiki. Penelitian fenomenologis berupaya menangkap esensi pengalaman individu yang berkaitan dengan fenomena tertentu

    Data penelitian ini bersumber dari subjek penelitian yang dipilih berdasarkan profil informan kunci pengepul tanaman purun, penenun, dan pengembang produk tanaman purun di Komunitas Ratu Kalimantan yang berjumlah ry individu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga November dan di Palungka Raya. Untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, digunakan teknik triangulasi. Sebagaimana didefinisikan oleh Moleung (959), triangulasi data melibatkan validasi data dengan menggunakan sumber atau metode alternatif untuk perbandingan. Untuk analisis data, peneliti mengikuti teknik interaktif yang digariskan oleh Miles dan Huberman (984). Hal ini melibatkan kegiatan analisis data kualitatif yang berulang dan berkesinambungan hingga saturasi data aktif. Kegiatan tersebut meliputi reduksi data, display dara, dan penggambaran/verifikasi conchaslom.

Hasil

Komunitas Ratu Bornes sebagai Perusahaan Berkelanjutan

    Sejak 2006, Ratu Kalimantan telah mengalihkan fokus pengembangan bisnisnya ke arah kewirausahaan berbasis pemberdayaan masyarakat, sebuah pergeseran yang semakin intensif pada tahun 2019. Keberhasilan transformasi mikro, kecil, dan menengah.pengusaha (UMKM) menjadi entitas yang menumbuhkan pemberdayaan masyarakat bergantung pada dua faktor penting dalam proses implementasi manajerial. Pertama, orientasi pengembangan usaha sangatlah penting. Orientasi ini memposisikan Ratu Kalimantan sebagai produsen produk berbasis anyaman yang inovatif dan kreatif. Mulai dari set meja yang diekspor ke Dubai (UEA) hingga Kotak Batik, tas sobek boho, dekorasi rajutan, kotak tisu, tas genggam, bantalan sofa, dan berbagai macam lainnya.Aksesoris lainnya yang melayani industri perhotelan, rangkaian produk yang beragam.Mencontohkan keluasan dan kedalaman persembahan. Produk-produk ini dibuat dari tanaman Purun, yang banyak ditemukan di lahan gambut Palangka Raya, Kalimantan, menempatkan Ratu Kalimantan sebagai pionir dalam mengubah sumber daya alam menjadi komoditas ekonomi.

    Kedua, orientasi pemberdayaan. Meski menawarkan beragam produk berkualitas ekspor, Ratu Kalimantan tetap waspada terhadap rasa berpuas diri. Sebaliknya, mereka meningkatkan kreativitas manajerialnya dengan mengadopsi pendekatan yang berpusat pada pemberdayaan. Merebaknya pandemi Covid-19 pada tahun 2019 mendorong perubahan strategi bisnis yang mengarah pada kolaborasi dengan masyarakat lokal dalam upaya pengelolaan. Transformasi ini berdampak pada penggantian nama Komunitas Ratu Kalimantan menjadi Komunitas Ratu Kalimantan yang berjumlah sebelas. pekerja yang diintegrasikan ke dalam komunitasnya melalui model rekrutmen yang melayani individu yang tidak mampu melanjutkan pendidikan tinggi. Perluasan orientasi ini dilakukan oleh Komunitas Ratu Kalimantan.Memperkuat posisinya sebagai entitas bisnis berkelanjutan. Ini berkelanjutan model bisnis mendorong peningkatan produksi barang, akibatnya pembukaan. membuka peluang pasar baru melalui peningkatan inovasi dan kreativitas. 

    Komunitas Ratu Kalimantan memperluas dukungannya terhadap usaha rumahan yang beperasi dengan meode tradisional denga tujuan meningkatkan  kesejahteraan masyarakat setempat. Sesi ppelatihan diselenggarakanuntuk penenun purun tradisional, memberdayakan mereka menuju kemandirian yang lebih besar.  Dedikasi salah satu karyawannya menegaskan komitmen Komunitas Ratu Borneo dalam membangun model bisnis berkelanjutan. Bekerja disini Berne Queen Community) memberi karena saya belum tahu tentang pusduct kreatif dari Purun, sekarang saya bisa membuat olahan posko koratif dari Udang, mulai dari membuat Parun Issues, set meja Purun dan dompet dari Purun selain itu disini saya juga belajar tentang disiplin dan kesulitan berdagang (menjadi earperne).Berlandaskan pada prinsip pembangunan manusia berkelanjutan, pendekatan pengelolaan yang diterapkan Komunitas Ratu Kalimantan berkontribusi langsung terhadap peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.

        Model Pemberdayaan Masyarakat Ratu Kalimantan; dari usaha hingga Pemberdayaan Pengelolaan Komunitas Ratu Kalimantan yang berpusat pada pengembangan masyarakat, bercirikan model bisnis yang mengutamakan inisiatif dan pemberdayaan karyawan. Data mengungkapkan tiga pendekatan manajemen bisnis yang berbeda dalam Komunitas Ratu Kalimantan, semuanya menunjukkan etos mereka yang berorientasi pada pemberdayaan. Pertama, kriteria pemilihan pekerja adalah hal yang terpenting. Karyawan dipilih berdasarkan kriteria khusus yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup mereka semaksimal mungkin. Yang paling banyak dipilih adalah individu muda berusia 21 hingga 25 tahun dengan pendidikan sekolah menengah atas, yang sering kali memikul tanggung jawab untuk menghidupi keluarga mereka secara ekonomi. Hal ini menggarisbawahi komitmen Komunitas Bornco Queen untuk meningkatkan status ekonomi masyarakat.Kesaksian para pekerja yang mengungkapkan tujuan mereka untuk menafkahi keluarga mereka semakin menyoroti dampak positif masyarakat terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi di sekitarnya.

    Kedua, meningkatkan kemampuan karyawan dengan memupuk inisiatif yang lebih besar. Hal ini mencakup pengembangan keterampilan manufaktur produk yang kreatif dan memupuk pola pikir kewirausahaan yang tinggi di kalangan pekerja.Wawasan yang diperoleh dari wawancara dengan karyawan Komunitas Ratu Kalimantan menunjukkan adanya fokus pada pelatihan untuk meningkatkan kemahiran merajut dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kewirausahaan.

    Ketiga, menekankan tanggung jawab sosial. Pengelola usaha Komunitas Ratu Kalimantan memprioritaskan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal dengan terlibat aktif dalam pendistribusian produk hasil kerajinan usaha tradisional. Pemilik Komunitas Ratu Kalimantan membeli produk komunitas tersebut untuk diolah kembali atau dijual langsung di tokonya. Terutama. Karpet tenun yang terbuat dari tanaman purun merupakan contoh dampak positif keterlibatan Komunitas Ratu Kalimantan, yang diwujudkan dalam peningkatan keterampilan dalam memilih bahan baku, teknik pemotongan, dan metode pengeringan purun. Keterampilan yang diperoleh ini menjadi alat penilaian yang berharga bagi perempuan yang kurang beruntung secara ekonomi di masyarakat sekitar, sehingga memungkinkan mereka menghasilkan barang-barang berkualitas tinggi.

Kewirausahaan sekaligus Pemberdayaan: Transformasi Prosedural Bisnis

Adaptasi model bisnis untuk menekankan hubungan yang saling menguntungkan antara keuntungan dan pemberdayaan memerlukan penguatan mekanisme operasional melalui manajemen bisnis yang terstruktur. Proses penataan ini menghadapi kendala tertentu dalam hal demografi, terutama karena lokasi lokasi produksi yang terpencil. Meskipun demikian, penataan manajemen memfasilitasi penyelarasan antara operasional bisnis dan paradigma pemberdayaan.Menyeimbangkan proses produksi dengan pemberdayaan menggarisbawahi komitmen pemilik bisnis Komunitas Ratu Kalimantan terhadap profitabilitas perusahaan dan kesejahteraan masyarakat. Keseimbangan antara pemberdayaan dan etos kewirausahaan ini berpengaruh signifikan terhadap stabilitas usaha. Ketahanan usaha yang dijalankan Komunitas Ratu Kalimantan.

     yang tetap berakar pada prinsip-prinsip pemberdayaan, didorong oleh pelaksanaan strategi pemasaran yang efektif. Pemilik bisnis memainkan peran penting dalam menyebarkan pemasaran produk, menggunakan perpaduan metode tradisional dan komersial. Cara pemasaran tradisional mencakup memamerkan produk kerajinan di galeri dan gerai toko, serta berpartisipasi dalam penjualan di pasar lokal. Pada saat yang sama, teknik pemasaran modern memanfaatkan lanskap digital, meliputi media sosial, platform e-commerce, dan situs web khusus.

         Keputusan untuk merangkul pemasaran digital diakui oleh pemilik sebagai pendekatan inovatif yang memerlukan konsep pemasaran adepe "Pemasaran di molie sosial "Tik Tok" harus memahami cara memasarkan produk melalui penjualan langsung dan memahami fungsi com di TikTok Begitu pula jika melalui emmece , perlu dipahami juga pelanggan di setiap Kecerdasan yang ditampilkan di berbagai platform pemasaran menggarisbawahi upaya bersama untuk memperkuat bisnis sambil menjunjung etos pemberdayaan dalam komunitas local.Untuk memenuhi tuntutan keuntungan di luar mekanisme pasar, pengelola Komunitas Barnen Queen secara strategis memanfaatkan jejaring sosial, Memanfaatkan modal sosial yang dimiliki, komunitas memperluas jangkauan pemasaran melalui partisipasi dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh asosiasi seperti Asosiasi Eksportir dan Produsen Kerajinan Indonesia (ASEPI ), serta inisiatif masyarakat seperti Komunitas UMKM/ICM Kalimantan Tengah.

     Partisipasi dalam pameran terkemuka seperti INACRAFT dan Kriyanusa semakin memperkuat visibilitas produk Komunitas Ratu Kalimantan, sehingga menciptakan peluang pasar baru. Keterlibatan aktif dalam acara-acara nasional dan regional telah memperkuat reputasi Komunitas Ratu Kalimantan di Kota Palangka Raya dan sekitarnya. Produk-produk mereka, khususnya yang terbuat dari bahan tenun seperti purun, merupakan representasi warisan budaya lokal Kalimantan Tengah. Pengakuan ini memberikan nilai tambah bagi Komunitas Ratu Kalimantan dan menempatkan mereka sebagai kontributor integral dalam pemajuan identitas budaya Kalimantan Tengah. Selain itu, keterlibatan dalam kegiatan pemerintah daerah juga memberikan peluang pasar tambahan bagi Komunitas Ratu Kalimantan. Instansi pemerintah daerah sering kali membeli produk mereka untuk berbagai keperluan, termasuk oleh-oleh untuk tamu nasional dan internasional, perlengkapan seminar untuk lokakarya, dan dekorasi interior untuk kantor-kantor pemerintah. Hubungan simbiosis ini tidak hanya meningkatkan kehadiran pasar masyarakat tetapi juga memperkuat perannya sebagai katalisator promosi regional dan pembangunan ekonomi.

Diskusi

    Transformasi badan usaha dari yang awalnya bersifat komersial menjadi berorientasi pada pemberdayaan dilakukan melalui penyempurnaan model pengelolaan lembaga yang dibarengi dengan penyesuaian strategi pemasaran. Manajemen lembaga yang berorientasi pada pemberdayaan terbukti. melalui keterlibatannya dengan masyarakat lokal untuk meningkatkan standar hidup melalui metode perekrutan yang ditargetkan. Hal ini termasuk merekrut penduduk berpenghasilan rendah dan memberikan dukungan kepada mereka yang terlibat dalam produksi kerajinan tangan melalui sosial.Inisiatif tanggung jawab. Pendekatan pemberdayaan ini semakin diperkuat dengan peningkatan strategi pemasaran yang mengoptimalkan semua jalur yang tersedia, termasuk pasar tradisional dan digital, serta memanfaatkan modal sosial pemilik Komunitas Hijau Bornco. 

    Perbaikan struktur pemasaran tidak hanya meningkatkan stabilitas keuntungan tetapi juga menumbuhkan model bisnis yang seimbang yang mengintegrasikan tujuan kewirausahaan dan pemberdayaan,Komitmen pemilik usaha Komunitas Borneo Quecen terhadap Upaya Komunitas Ratu Kalimantan dalam bidang kewirausahaan dan inovasi produk telah memberikan hasil positif dalam bidang lapangan kerja, sehingga memberikan contoh praktik bisnis yang efektif dan berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan. Inti dari keberhasilan ini adalah peran penting yang dimainkan oleh pemilik Komunitas Ratu Kalimantan dalam mempelopori pengembangan bisnis yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan. Penerapan konsep kewirausahaan yang dilakukan pemilik tidak hanya mendorong pertumbuhan usaha tetapi juga menciptakan peluang pemberdayaan masyarakat. Operasi bisnis yang sukses memfasilitasi implementasi inisiatif pemberdayaan dengan lebih lancar. Komunitas Ratu Kalimantan menjadi ilustrasi nyata bagaimana mengintegrasikan berbagai strategi pemasaran dalam proses bisnis memungkinkan pemilik memperluas peluang pemberdayaan kepada masyarakat sekitar.

Posting Komentar

0 Komentar