A. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Apa konklusi dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK)? Untuk menemukan jawabannya, kita harus memeriksa tujuan dari PTK itu sendiri. PTK bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang memperbaiki lingkungan akademik dan situasi di mana penelitian dilakukan. Anne Burns menekankan bahwa salah satu tujuan utama dari PTK adalah untuk mengidentifikasi situasi atau isu yang dianggap 'menjadi masalah' oleh para peserta yang mungkin meliputi guru, siswa, manajer, administrator, atau bahkan orang tua yang dianggap perlu diteliti lebih dalam dan secara sistematis. Lagi pula, istilah 'masalah' tidak berarti bahwa guru tersebut tidak kompeten. Intinya adalah, sebagai guru, kita sering melihat adanya kesenjangan antara apa yang sebenarnya terjadi dalam situasi pengajaran kita dan apa yang sebenarnya kita inginkan terjadi.
Menurut Burns, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak hanya berkonsentrasi pada pengidentifikasian masalah, tetapi juga berfokus pada upaya mengatasi masalah tersebut melalui perubahan dan peningkatan. Perubahan dan peningkatan ini didasarkan pada informasi atau data yang dikumpulkan secara sistematis. (Data merupakan bentuk jamak dari datum dalam bahasa Latin yang berarti “sesuatu yang diketahui”). Dengan kata lain, upaya perubahan dan peningkatan dalam konteks pendidikan ini didukung oleh informasi yang akurat dan valid, bukan sekadar asumsi, prasangka, atau perasaan semata. Ini adalah inti dari konsep PTK menurut Burns.
Jadi, tujuan akhir dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Apakah PTK merupakan satu-satunya metode untuk mencapai tujuan tersebut? PTK bukanlah satu-satunya pendekatan, tetapi merupakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk mencapai hasil tersebut. Pendekatan lain meliputi berbagai jenis penelitian (eksperimen, studi kasus, dan lainnya), evaluasi, inovasi, alokasi dana tambahan, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan lain-lain.
Apa saja permasalahan yang terkait dengan pendidikan dan pengajaran? Apa yang dimaksud dengan mutu pendidikan dan pengajaran? Permasalahan-permasalahan tersebut dapat muncul dalam berbagai tahap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga hasil dari proses pendidikan dan pengajaran. Hasil dari pendidikan dan pengajaran meliputi pencapaian siswa (perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku) serta karya yang dihasilkan oleh siswa dan guru. Permasalahan-permasalahan ini melibatkan berbagai komponen pendidikan, seperti siswa, guru, kurikulum, metode pengajaran, metode pembelajaran, evaluasi, waktu, lokasi, dan sumber belajar.
Terkait dengan kualitas pendidikan dan pengajaran, referensi yang paling umum adalah delapan standar pendidikan yang disusun oleh pemerintah. Standar-standar tersebut mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian pendidikan. Kualitas-kualitas ini dapat tercapai, dan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya dapat diatasi, dan salah satu caranya adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut secara lebih holistik, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan dosen atau peneliti di perguruan tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar guru-guru terlibat dalam PTK kolaboratif semacam ini. Permasalahan-permasalahan dalam pendidikan termasuk hubungan antara pendidik dan siswa, pendidikan keluarga, metode pendidikan dan pengajaran, serta hasil dan dampak dari pendidikan.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Buku-buku dan artikel-artikel yang membahas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering kali menyoroti ciri khas atau pembatasan yang unik karena penelitian ini memiliki perbedaan dengan jenis-jenis atau metode-metode penelitian lainnya. Karakteristik PTK yang menonjol ini mungkin menjadi alasan mengapa penelitian ini sering disebut sebagai semi ilmiah.
1.Peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan mereka yang secara aktif terlibat dalam tindakan dan juga merupakan penerima langsung dari hasil PTK. Dalam penelitian eksperimental, peneliti juga bisa menjadi pelaku tindakan dan penerima langsung dari hasil penelitiannya; namun, dalam situasi tersebut, peneliti dan pelaku tindakan dapat merupakan dua individu yang berbeda. Dalam PTK, peneliti dan pelaku tindakan adalah orang yang sama, dan bisa terdiri dari lebih dari satu individu.
2. PTK memiliki keunggulan karena: a. didasarkan pada masalah yang dialami secara langsung oleh guru di dalam kelas, dan b. melibatkan pihak-pihak yang sudah akrab, seperti siswa, rekan sejawat guru, dan/atau staf di lingkungan kerja sendiri.
3. Generalisasi dari PTK rendah. Kesimpulan yang dihasilkan dari PTK tidak dapat diberlakukan secara umum karena sampelnya sangat terbatas dan topiknya sangat terkait dengan situasi tertentu. Dengan kata lain, temuan dari PTK mungkin tidak relevan atau berlaku di tempat lain. Untuk meningkatkan dan memperluas generalisasinya, Burns menyarankan agar PTK dilakukan secara kolaboratif oleh guru-guru dari berbagai sekolah.
4. Masalah yang diidentifikasi dan tindakan yang diambil dalam PTK didasarkan pada evaluasi dan refleksi diri. Meskipun demikian, PTK tetap memerlukan referensi kepada buku-buku dan tulisan teoritis yang membahas masalah yang diteliti dan tindakan yang diambil untuk mengatasinya. Referensi ini menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi peneliti dan membantu dalam mengantisipasi kemungkinan pengulangan penelitian yang serupa.
5. Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan melalui beberapa siklus atau putaran. Siklus ini merupakan langkah-langkah pelaksanaan PTK yang bertujuan untuk menguji dan menyempurnakan tindakan sebagai solusi terhadap masalah penelitian. Berapa banyak siklus yang diperlukan dalam PTK? Menurut Endang Mulyatiningsih dan Burns, tidak ada jumlah siklus yang ditetapkan karena keberhasilan diukur dari kepuasan peneliti terhadap pencapaian hasil penelitian, yakni perubahan perilaku subjek yang diteliti. Namun, Suharsimi Arikunto, seorang pakar senior dalam penelitian pendidikan, menyatakan bahwa PTK setidaknya harus melalui dua siklus.
6. PTK menyerupai penelitian eksperimen namun tanpa adanya kelompok kontrol. Dalam penelitian eksperimen, kelompok kontrol berperan sebagai kelompok perbandingan dengan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen menerima perlakuan baru, sementara kelompok kontrol tidak. Perbandingan hasil dari kedua kelompok ini digunakan untuk mengevaluasi dampak dari perlakuan eksperimen yang dilakukan.
C. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas
Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”,yakni “Metha”yang artinya Melalui,dan “Hodos”artinya cara,jalan,alat,atau gaya.Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan Metodologi itu sendiri adalah ilmu tentang metode .Menurut Michael Crotty metode menyangkut dua hal ,yaitu metode untyk mengumpulkan data dan metode untuk menganalisis data. Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan rumusan masalah atau hipotesis.Sementara itu, Metodologi menjelaskan apa metode yang tepat dalam sebuah penelitian dan mengapa penelitian itu menggunakan metode tersebut.Dalam penjelasan Crotty, Metodologi adalah strategi ,rencana, proses atau desain yang melatari pemilihan dan penggunaan metode itu bdengan hasil-hasil penelitian yang diharapkan. Metodologi juga membahas karakteristik suatu penelitian,misalnya korelasi,eksperimen,studi kasus,dan grounded research.
Crotty juga menjelasksn dau istilah lain yang berkaitan erat dengan penelitian,yaitu theoretical perspective dan epistemology. Perspektif adalah filsafat yang mendasari metodologi, memberikan dan menjelaskan konteks proses penelitian, dan mendasari logika dan karakteristik penelitiannya. Epistemologi ialah teori pengetahuan yang melekat pada perspektif teoretis dan metodologi.
D. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Model Penelitian Tindakan Kelas adalah metode penelitian yang digunakan oleh pendidik untuk meningkatkan praktik pengajaran mereka melalui siklus reflektif dari perencanaan,tindakan,pengamatan,dan refleksi.Ada empat Model yang dipaparkan oleh beberapa ahli yaitu,
1.Model Kurt Lewin
Penelitian Tindakan Kelas diperkenalkan pertama kali oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. Model Kurt Lewin menjadi acuan dasar atau pokok dasar dari adanya berbagai model penelitian khususnya PTK. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus.Pendapat Kurt Lewin ini merupakan model dasar yang kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain.Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen kegiatan yang dipandang sebagai satu siklus, yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).
2.Model Stephen Kemmis dan Robyn McTaggart.
Pendapat meraka ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin.Hanya saja, komponen acting dengan observasi dijadikan sebagai satu. Disatukannya dua komponen tersebut karena antara implementasi acting dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan,kedua kegiatan ini harus dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu begitu berlangsungnya suatu tindakan maka obsrvasi juga harus dilaksanakan. Model ini sering dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Perencanaan merupakan semua hal yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan. Tahap tindakan ini dilakukan secara bersamaan dengan observasi. Guru melakukan tindakan sekaligus mengobservasi apa yang terjadi. Setelah dilakukan tindakan dan observasi, diperolehlah data-data penelitian. Data-data ini dianalisis untuk mengetahui apakah tujuan dan hasil penelitian sudah tercapai secara sempurna atau belum. Analisis data ini disebut dengan refleksi.
3.Model John Elliot
Model ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin.Elliot menjelaskan lebih rinci langkah demi langkah yang harus dilakukan peneliti. Adanya langkah-langkah untuk setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa didalam mata pelajaran terdiri dari beberapa materi yang tidak diselesaikan dalam satu kali tindakan,dijelaskan pula bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Dasarnya sama,dimulai dari penemuan masalah kemudian rancangan tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut,kemudian diimplementasikan dan selanjutnya dilakukan berikutnya jika dianggap perlu.
4.Model McKernan
Menurut McKernan ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam Penelitian Tindakan Kelas,yaitu:
· Analisis situasi (recconnaisissance)
· Perumusan dan klarifikasi permasalahan
· Hipotesis tindakan
· Perencanaan tindakan
· Penerapan tindakan dengan monitoringnya
· Evaluasi hasil tindakan
· Refleksi dan pengambilan keputusan untuk perkembangan selanjutnya
0 Komentar